Masa kini, transpotasi sangat mudah ditemui oleh masyarakat, mulai dari transportasi pribadi hingga transportasi umum. Hingga masyarakat tidak kesulitan dalam menempuh perjalanan jauh. Hal ini membuktikan bahwa transportasi telah berevolusi dari masa ke masa.
Berbeda dengan masyarakat masa lalu yang sulit untuk menempuh perjalanan yang jauh. Karena pada saat itu mesin belum ditemukan, sehingga mereka memanfaatkan tenaga alam seperti tenaga hewan yaitu kuda sampai ke tenaga manusia.
Angkong sebagai perwujudan tranpostasi manusia. Transportasi ini memiliki roda dua dengan kursi empuk yang menyerupai gerobak dan ditarik menggunakan tenaga manusia.
Sejarah Angkong
Pada tahun 1869 pertama kalinya angkong diciptakan di Jepang dan merupakan transportasi pertama yang memiliki roda di sana.
Kendaraan angkong menjadi hal yang menarik dikalangan masyarakat saat itu. Karena, kendaraan ini memiliki harga yang murah kemudian tak jauh berbeda dengan kereta kuda. Angkong mampu melewati gang-gang kecil, sehingga popularitasnya mulai meningkat pesat.
Pada pertengahan 1870-an angkong mengalami modifikasi dengan menambahkan kursi empuk, atap, dan pernis kayu untuk membuatnya lebih tahan lama.
Pada tahun 1872 angkong menjadi transportasi yang selalu ada di jalanan Tokyo hingga mencapai 4.000 unit. Kemudian pada tahun 1875 angkong mampu mencapai 100.000 unit. Jinrikisha merupakan sebutan orang jepang terhadap transportasi satu ini yang berarti “kendaraan yang ditarik orang”.
Angkong menjadi sangat populer hingga membuat pengusaha Barat meliriknya dan merasa bahwa angkong memiliki potensi yang besar. Akhirnya perizinan untuk mengimpor angkong diizinkan terutama produksi dari Akiha. Dari sinilah penyebaran angkong sampai ke bagian Asia.
Pada tahun 1874 di Tiongkok pertama kalinya angkong mendarat, yaitu di Shanghai dan Hongkong. Kedua kota ini memang dikenal sebagai pusat keberadaan Barat di Asia Timur. Kemudian pada tahun 1886 keberadaan angkong telah sampai di Beijing, ibukota Dinasti Qing.
Pada tahun 1880 Inggris memperkenalkan angkong kepada India melalui kota Shimla. Tetapi keberadaan angkong populer saat Tionghoa membawanya ke Kalkuta pada tahun 1914. Kepopuleran angkong sampai ke Singapura, ketika itu diperkenalkan pertama kali pada tahun 1880.
Seiring berjalannya waktu keberadaan angkong di Jepang mengalami penurunan sejak tahun 1920. Hal ini disebabkan munculnya kendaraan bermotor dan transportasi-transportasi massal.
Keberadaan angkong ternyata mengalami perdebatan juga. Tepatnya di Manila, mereka menolak dengan keberadaan angkong ini. Kemudian, di Shanghai angkong menjadi permasalahan sosial. Mereka menilai keberadaan angkong ini tidak manusiawi karena tenaga yang digunakan adalah manusia, kemudian keberadaannya mengganggu lalu lintas kota.
Jejak Keberadaan Angkong Di Indonesia
Jejak keberadaan angkong di Indonesia yang paling mencolok terletak di Medan. Kendaraan ini beroperasi sejak masa Hindia-Belanda. Angkong digunakan karena memang harga yang murah dan dapat melalui jalan-jalan sempit.
Kemudian pada tahun 1946 kendaraan angkong dilarang untuk digunakan. Untuk mencegah penggunaannya kala itu angkong dibakar. Hilangnya kendaraan angkong justru menghadirkan becak yang berasal dari bahasa Tionghoa. Be berarti kuda dan Chia berarti kereta, akhirnya Medan dipenuhi dengan keberadaan becak.
Keberadaan Jinrikisha Atau Angkong Di Jepang Saat Ini
Saat ini memang sulit untuk menemui keberadaan angkong, karena telah tergantikan dengan kendaraan lain. Namun, keberadaan angkong masih bisa ditemui di Jepang dengan sebutan Jinrikisha. Keberadaan jinrikisha justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Jepang.
Jinrikisha merupakan kendaraan kuno yang sampai saat ini masih ada di Jepang. Saat dulu kendaraan ini tarifnya memang relatif murah, namun kini tarifnya telah berbeda. Tak hanya dari segi tarif saja, namun ada beberapa fakta unik lain dari kendaraan satu ini.
Ada Pelatihan Khusus
Ternyata untuk menjadi penarik kendaraan satu ini tidak sembarangan. Terdapat pelatihan khusus selama sebulan untuk menjadi penarik sekaligus tour guide. Dengan adanya kursus, akan memberikan pengetahuan tambahan kepada penarik becak terhadap objek-objek wisata disana.
Tarifnya Mahal
Jika dulu tarifnya murah, maka untuk saat ini kendaraan yang menjadi daya tarik ini memiliki tarif yang mahal. Harga yang paling murahnya kisaran 3000-4000 yen untuk satu orang penumpang. Sedangkan untuk dua orang penumpang bisa dikenai 5000-7000 yen.
Berat Mencapai 40 Kilogram
Berat becak tarik bisa mencapai 40 kilogram dan ini belum termasuk berat dari penumpangnya. Bayangkan saja jika satu orang mencapai 50 kilogram, maka seorang penarik becak akan menarik becaknya sekitar 90 kilogram.
Keberadaan angkong memanglah sulit untuk ditemui. Namun, keberadaannya masih ada di Jepang hingga saat ini dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Perwujudan angkong di Indonesia yang masih bisa dilihat adalah becak. Karena, angkong sendiri telah lama di musnahkan. Itulah perjalanan kendaraan angkong dari masa-masa kejayaannya hingga saat ini.