sumber gambar : https://www.pexels.com/
Sesar Cimandiri Penyebab Utama Gempa Cianjur yang Makan Ratusan Korban Jiwa
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia, hal ini secara langsung berkaitan dengan letak geografis Indonesia. Terbaru gempa bumi dahsyat mengguncang Cianjur, Jawa Barat.
Gempa bumi dengan skala magnitudo (M) 5,6 mengguncang Cianjur-Sukabumi terasa kuat hingga di Ibu Kota Jakarta dan seputarnya. Gempa itu diperkirakan karena pergerakan Sesar Cimandiri.
“Diduga ini adalah pergerakan dari Sesar Cimandiri jadi bergerak kembali,” tutur Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Menurut Dwikorita, gempa terpusat disekitaran Sukabumi-Cianjur, yang merupakan gempa akibat patahan geser.
Berdasarkan laporan resmi, Stasiun Geofisika Bandung per Juni 2022, menjelaskan perihal bukti-bukti dan sejarah sesar Cimandiri, dan aktivitas yang kerap aktif akhir-akhir ini khususnya pada rekaman pendataan Juni kemarin.
Sesar Cimandiri adalah sesar paling tua (usia kapur), membentang dimulai dari Teluk Pelabuhan Ratu menerus ke arah timur lewat Lembah Cimandiri, Cipatat Rajamandala, Gunung Tangguban Parahu – Burangrang dan diperhitungkan menerus ke
timur laut ke arah Subang. Secara keseluruhan, jalur sesar ini berarah timur laut – barat daya dengan tipe sesar mendatar sampai oblique (miring).
Sejarah Aktivitas Sesar Cimandiri
Jalur Sesar Cimandiri di segmen Rajamandala, berarah timur laut – barat daya. Kegiatan sesar ini diperlihatkan dengan terjadinya gempa bumi yang cukup
signifikan yakni tahun pada 1910 di Padalarang, tahun 1982 di Cianjur, Rajamandala, dan tahun 1844 di daerah Cianjur. Gempa signifikan terkini terjadi
pada 10 Maret 2020 dengan Magnitudo 5.1 yang guncangkan Kab. Sukabumi dan sekelilingnya dan mengakibatkan kerusakan di Kalapanunggal.
Menurut laporan itu, sepanjang Juni 2022 di wilayah Jawa Barat dan sekelilingnya sudah tercatat terjadi 60 peristiwa gempa bumi dengan magnitudo bervariatif di antara 1.3 sampai 4.2, dengan jumlah gempa bumi dangkal (H < 60 km) sejumlah 57 peristiwa dan 3 peristiwa gempa bumi menengah (60 ≥ H < 300 km) dan gempa dalam (H≥ 300 km) 0
peristiwa.
Gempa bumi berlangsung di darat sekitar 28 kejadian dengan 27 kejadian disebabkan karena kegiatan sesar, yakni : Sesar Cimandiri 16 kejadian, Sesar Garsela 2 kejadian, dan sesar lokal (belum terdeteksi) 9 kejadian.
Dampak Gempa
Walau cuma bertaraf sedang yaitu magnitudo 5,6, gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022), memiliki daya hancur yang hebat.
Data per Selasa (22/11/2022) jam 17.00 WIB, telah 268 masyarakat yang wafat. Sekitar 151 orang masih hilang, korban cedera sekitar 1.083 orang, dan 58.362 masyarakat mengungsi dari rumah mereka ke tempat yang lebih aman.
Data wafatnya 268 orang itu dipublikasikan di akun sosial media Instagram milik Pemkab Cianjur, @diskominfocianjur.
Disamping itu, sekitar 12.641 rumah dalam kondisi rusak berat, 6.570 rumah rusak ringan dan 2.071 fasilitas pendidikan rusak.
Gempa memiliki kekuatan sedang yang terjadi di darat itu berpengaruh ke 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Masing-masing Kecamatan Cianjur, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Warung Kondang, Kecamatan Gekbrong, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Cilaku, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Cikalongkulon, Kecamatan Sukaluyu dan Kecamatan Pacet.
Pernyataan Resmi Pihak Terkait
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan penyebab gempa di Cianjur adalah Sesar Cimandiri.
Menurut situs ESDM, sesar ialah bidang rekahan yang dibarengi adanya pergeseran relatif satu blok terhadap blok bebatuan yang lain. Istilah sesar juga dikenal dengan patahan.
Sementara penjelasan tentang Sesar Cimandiri ialah patahan atau sesar aktif yang berada di Jawa Barat dengan orientasi arah Timur Laut dan Barat Daya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan gempa Cianjur kekuatannya M 5,6 tetapi efeknya benar-benar menghancurkan.
Daryono menerangkan banyak wilayah di Jawa Barat, termasuk Cianjur, masuk ke kawasan seismik aktif dan kompleks yang mengakibatkan rawan dan umum terjadi gempa.
Daerah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, Bandung secara tektonik adalah area seismik aktif dan kompleks.
Daerah-daerah itu condong kerap terdampak gempa dangkal karena ada beberapa sesar yang ditemukan di daerah itu.
“Jadi kompleksitas tektonik ini mempunyai potensi menimbulkan berlangsungnya gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Bukti tektonik seperti ini menjadikan area itu menjadi area rawan gempa secara permanen, dan dengan karakter gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ini,” ucapnya.
Karakter gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ialah, gempanya tidak harus memiliki kekuatan besar untuk memunculkan kerusakan. Misalkan, Gempa Cianjur 21 November 2022 dengan kemampuan magnitudo 5,6 dapat menghancurkan secara signifikan karena dangkal, cuman kedalaman 10 km saja.
“Karena gempanya rata-rata dangkal ya, bisa kurang dari 10 km, bisa kurang dari 15 km, dan itu tidak butuh kekuatan besar misalkan di atas (magnitudo) 7, tetapi kekuatan (magnitudo) 4, 5, 6 itu dapat timbulkan kerusakan yang signifikan,” terangnya.
Berikut informasi lengkap mengenai gempa Cianjur akibat Sesar Cimandiri, seperti dilansir dari situs resmi Kementerian ESDM, https://geologi.esdm.go.id/, Selasa (22/11/2022).
- Info gempa bumi
Gempa bumi terjadi pada Senin (21/11/2022) jam 13:21:10 WIB. Lokasi pusat gempa bumi berada di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, memiliki jarak kurang lebih 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi, dengan magnitudo M5,6 pada kedalaman 10 km. - Keadaan geologi dan penyebab gempa bumi
Area pusat gempa bumi berada didarat di daerah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Morfologi daerah itu secara umum berbentuk dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang sampai curam yang berada di bagian tenggara gunung api Gede. Daerah ini pada umumnya tersusun oleh endapan kuarter berbentuk batuan rombakan gunung api muda dan aluvial sungai. Beberapa batuan rombakan gunung api muda itu sudah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter itu secara umum memiliki sifat lunak, lepas, belum solid (unconsolidated) dan memperkuat dampak guncangan, hingga rawan gempa bumi. Disamping itu, pada morfologi perbukitan bergelombang sampai curam yang tersusun oleh batuan yang sudah mengalami pelapukan, mempunyai potensi terjadi pergerakan tanah yang bisa dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.