Keberadaan buaya di palu, Sulawesi tengah kerap menjadi bahan perhatian warga palu. Buaya yang sering bermuculan sungai jembatan palu itu sangat menarik perhatian warga palu yang melintas melewati sebagian dari mereka berhenti penasaran dengan pemandangan tersebut. Banyak dari warga sekitar tepi sungai mengkhwatirkan keadaan buaya akan memangsa hewan peliharaan warga yang tinggal di daerah sekitar seperti ayam dan sapi. Sering terjadi juga berita yang beredar buaya memangsa manusia. Hal ini lah yang membuat warga yang tinggal di sekitar tepi sungai waspada dengan kedatangan buaya tersebut
Mitos Menurut Suku Kaili Mengenai Buaya Di Palu
Berdasarkan Manuskrip milik Keluarga kerajaan Sigi di Desa Bora oleh suku kaili bahwa buaya menjadi salah satu hewan sakral ,anuskrip itu diawali dengan tulisan Syahadat dalam aksara arab Gundul. Dalam manuskrip itu tergambar jelas dua ekor buaya diantara hewan lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa buaya menjadi salah satu hewan yang disakralkan oleh orang Kaili sejak dahulu kala.
buaya di Sungai Palu digunakan sebagai lambang kebesaran seorang Bangsawan. Tak hanya itu, senjata khas Suku Kaili adalah Guma Vo’o Kapuna yang berarti kepala buaya yang hanya dimiliki raja. Guma Vo’o Kapuna merupakan lambang kebesaran secara turun temurun pemegang takhta kerajaan. Bahkan pada zaman dulu, warga Suku Kaili di Kota Palu percaya jika buaya adalah salah satu penolak bala atau sial. Banyak juga warga menaruh kepercayaan bahwa akan terjadi bencana jika buaya di Sungai Palu diganggu. Inilah alasan warga di sekitar Sungai Palu tidak pernah menangkap buaya itu.
Memang ada kejadian di Sungai Palu ini nelayan atau petambak pasir diserang buaya karena sebelumnya mereka yang ganggu buaya namun, Masyarakat percaya buaya di Sungai Palu punya sifat bersahabat dengan manusia, kecuali orang itu duluan menyerang buaya itu. Ada pun dengan cara adat buaya bisa diundang ke darat. Hal tersebut konon pernah dilakukan masyarakat dan tokoh adat sebelum bencana 28 September 2018. Caranya dengan menyiapkan ayam putih, pisang dan telur. Ada juga buaya hitam besar sekali, biasa buaya itu muncul setelah terjadi bencana dan sudah banyak buktinya.
Populasi Buaya Di Palu
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah belum bisa pastikan jumlah populasi buaya muara di Sungai Palu. Sebab untuk memastikan hal itu diperlukan penelitian. Saat ini yang dilakukan BKSDA yakni memasang papan informasi di titik habitat buaya muara di Sungai Palu maupun pantai Teluk Palu. Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi BKSDA Sulawesi Tengah, Haruna, persediaan makanan buaya muara di Sungai Palu masih cukup. Pertumbuhan populasi buaya, kata dia, tidak cepat. Seekor buaya betina berukuran besar akan menghasilkan 90 telur dalam satu kali bertelur.Kemungkinan hidup hanya 20 persen dari jumlah telurnya. Itu pun faktor alam kembali akan memproses. Bisa juga tidak ada yang hidup karena buaya adalah satwa liar yang saling memangsa satu dengan yang lain. Meskipun begitu, BKSDA terus melakukan sosialisasi agar masyarakat tetap waspada jika melakukan aktivitas di habitat buaya muara.