Lawang sewu, tempat yang tak asing dan tempat yang terkenal di semarang, jawa tengah. Tempat yang terkenal dengan kisah mistisnya itu menjadi tempat wisata bagi para wisatawan lokal.
Tempat mistis ini sering di jadikan tempat berfoto-foto dan menggelar sesi prewedding ada juga yang belajar tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Lawang sewu dengan kesan angker dan mistis ini kabarnya di huni dengan berbagai macam makhluk halus mulai dari noni belanda sampai dengan kuntilanak asli Indonesia. Gedung ini sempat di nobatkan menjadi salah satu destinasi terangker di dunia.
Di balik kesan mistis nya bangunan ini banyak pesona lain yang tak kalah menarik, ada nilai historis hingga di dalamnya cocok untuk di kunjungi oleh yang cinta dengan sejarah.
Sejarah lawang sewu semarang
Saking populernya dengan kisah mistis tempat ini punya latar belakang sejarah yang menarik di Indonesia. Sejarah berdirinya Lawang Sewu Semarang bermula di awal abad 20. Kala itu, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu perusahaan kereta api terpenting Hindia Belanda, tengah mencari bangunan baru untuk dijadikan kantor.
Kantor lama mereka yang terletak di Stasiun Samarang NIS tak lagi mampu menampung banyakan pegawai. Selaku perusahaan yang membangun rel dan stasiun pertama di Hindia Belanda, NIS memang terus berkembang.
Akhirnya, mereka pun memutuskan membangun bangunan baru di ujung Bodjongweg yang sekarang dikenal sebagai Jl. Pemuda. Seluruh perencanaan termasuk pembuatan cetak biru dilakukan di Belanda tahun 1903. Setahun berikutnya, gedung ini mulai dibuat dan selesai pada tahun 1907.
Meski dirancang di Belanda dan mengusung gaya arsitektur Belanda kuno, tetap saja ada penyesuaian dengan kondisi iklim di Indonesia. Untuk menetralisir udara yang panas, dibuatlah banyak pintu berukuran besar.
Dari pintu-pintu ini jugalah nama Lawang Sewu Semarang berasal. Lawang berarti pintu dalam bahasa jawa, sementara sewu mengandung makna seribu.
Sebenarnya, jumlah pintunya tak mencapai seribu, melainkan hanya 429. Ada juga yang bilang 342 buah. Namun jika dihitung dengan daun pintunya, jumlahnya bisa mencapai 928.
Saat awal dibangun dulu, jumlahnya lebih banyak lagi. beberapa dari mereka hilang dicuri saat zaman penjajahan dan perang masih sering berlangsung.
Saksi Bisu Pertempuran 5 Hari di Semarang
Gedung berlantai 3 ini sempat berganti kepemilikan beberapa kali. Ia sempat dipakai Jepang sebelum akhirnya berpindah tangan ke Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) pasca kemerdekaan. DKARI sendiri merupakan cikal bakal PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang kita kenal saat ini.
Tak sekadar berpindah tangan, ia juga pernah menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah penting di Indonesia, yakni Pertempuran 5 Hari di Semarang yang berlangsung tanggal 14 – 19 Oktober 1945.
Peristiwa ini dipicu oleh kaburnya tentara Jepang yang menjadi tawanan tentara Indonesia dan terbunuhnya dr. Kariadi. Dokter muda ini ditembak saat sedang dalam perjalanan untuk memeriksa Reservoir Siranda yang kabarnya diracuni oleh Tentara Jepang.
Dr. Kariadi sendiri sebenarnya sudah diperingatkan oleh sang istri agar tidak keluar rumah karena kondisi Semarang sedang kacau. Namun karena reservoir itu digunakan sebagai sumber air minum ribuan warga Semarang, dr. Kariadi pun ingin memeriksanya.
Benar saja. Di tengah jalan, ia dicegat tentara Jepang dan ditembak dengan keji. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun kondisinya sudah sangat gawat sehingga nyawanya tidak bisa diselamatkan. Pertempuran pun akhirnya pecah di kawasan yang sekarang kita kenal sebagai Tugu Muda.
Selain karena dipicu 2 hal di atas, Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) juga berusaha mempertahankan Lawang Sewu agar tidak direbut kembali oleh Jepang.
Kabarnya, saat dipakai Jepang, ruang bawah tanah Lawang Sewu sering digunakan sebagai penjara dan ruang penyiksaan. Tak heran kalau akhirnya muncul cerita cerita serem yang berkaitan dengan ruang tersebut.
menikmati Indah dan Detailnya Arsitektur Belanda Kuno
arsitektur ini juga dirancang secara rinci dan penuh pertimbangan, Lorong bawah tanah yang selama ini dikenal angker bahkan punya fungsi tersendiri. Yakni sebagai saluran air agar bangunan di atasnya terasa lebih sejuk.
Lorong-lorong ini pun ternyata saling terhubung dengan bangunan kuno lain di Semarang. Salah satunya dengan kawasan Kota Lama yang berjarak 4 – 5 km dari tempat wisata lawang Sewu Semarang.
Dari segi material, bangunan ini juga terbilang unik. Pembangunannya tak menggunakan semen, melainkan bligor (campuran pasir, kapur, dan bata merah) yang lebih tahan retak dan bisa menyerap air.
Seperti destinasi wisata lain, tentunya ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebelum berangkat.
- Selalu ikuti peraturan yang disediakan pihak pengelola. Misalnya untuk tidak membuka paksa ruangan tertentu di dalam dan memasukinya. Nggak selalu karena hal-hal mistis ya. Mungkin saja karena bagian dalamnya masih diperbaiki dan belum siap untuk dikunjungi.
- Namun terlepas dari benar atau tidaknya hal-hal mistis di sana, ada baiknya kamu tetap jaga sikap dan mulut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
- hindari juga melamun atau membiarkan pikiranmu kosong. Nggak hanya karena kabarnya banyak yang diganggu makhluk halus dan kesurupan di sana. Namun karena kamu perlu hati-hati dan konsentrasi saat naik turun tangga.
Karena ada banyak anak tangga ini jugalah, kamu perlu memakai sepatu atau sandal yang nyaman. Sewalah guide atau pemandu untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang tempat wisata Lawang Sewu Semarang. Terkadang, ada informasi yang ternyata tak tertulis dalam brosur.