Kisah Gua Donan yang ada di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu gua yang memiliki cerita perjalanan seorang tokoh besar penyebar Agama Islam dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Sejarah Gua Donan
berdasarkan kisah tutur, di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang ada seorang tokoh besar penyebar Agama Islam bernama Kiai Banjar. Namun tak hanya itu saja pasalnya Kiai Banjar memiliki banyak pengikut dan menjadi panutan masyarakat karena sikapnya yang bijaksana dan selalu mengajarkan pada kebaikan.
Bahkan pada saat Kiai Donan sudah memiliki banyak murid baik yang belajar keagamaan dan kanuragan, datang salah satu pengembara yang singgah di Desa Tunggilis dari Cilacap. Pengembara tersebut adalah Adipati Raden Ronggo Segoro yang memiliki misi penyebaran Agama Islam selama menjadi pengembara dari satu daerah ke daerah lain. Situasi dan kondisi di Desa Tunggilis antara pengikut Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin dengan baik dan sangat harmonis.
Dikala jalinan pengikut Kiai Banjar dengan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin sangat harmonis, tiba-tiba Kiai Banjar merasa kehilangan salah satu pusaka keris yang merupakan keris andalannya. Dari kejadian tersebut, masyarakat di Desa Tunggilis terbelah menjadi dua kubu, yaitu pengikut Kiai Banjar dan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro.
Pengikut Kiai Banjar curiga kalau pusaka keris miliknya dicuri oleh pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro, begitupun pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro curiga pusaka keris yang hilang dicuri pengikut Kiai Banjar. Bahkan taka hanya itu saja untuk menyelesaikan permasalahan kecurigaan dua kubu antar Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro sepakat menggelar sayembara adu kanuragan dengan cara saling meminum air putih secara bergantian.
Pasalnya setelah sayembara adu kanuragan dengan cara meminum air putih digelar, tidak terlihat reaksi apa pun pada Kiai Banjar, namun tidak lama dari itu dari perut Adipati Raden Ronggo Segoro secara tiba-tiba keluar sebuah pusaka keris yang hilang itu.
Setelah diselidiki, pusaka keris tersebut rupanya dicuri oleh salah satu pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro. Dari kejadian tersebut, terjadi fatwa dan doktrin dari ke dua tokoh yaitu Kiai Banjar dan Adipati Raden Ronggo Segoro kepada masyarakat di Desa Tunggilis tidak boleh melakukan jual beli barang berbahan besi. Dari kejadian itu pun diprediksi Desa Tunggilis bakal menjadi tempat pangadonan atau tempat orang mencari nafkah.
Keadaan Goa Donan Sekarang
Meski berada di pinggir jalan utama, Goa Donan masih belum menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Pangandaran. Bahkan, bila dilihat sepintas lokasi wisata gua ini terlihat angker dan menyeramkan. di depan gerbang Goa Donan seperti tak terlihat ada penjaga. Yang terlihat hanya tiga buah patung penjaga berwajah seram yang catnya mulai terkelupas termakan cuaca.
Di balik patung-patung itu, ada pos penjaga dan gerbang besi berkarat yang menambah kesan angker. Tulisan ‘Goa Donan’ dengan gaya huruf mirip tulisan sansekerta pun terlihat kusam.
Tangga-tangga di Gua Donan pun berlumut dengan tumpukan dedaunan kering. Sepertinya perlu nyali lebih untuk masuk ke sana. warga sekitar mengatakan sepinya wisatawan yang berkunjung ke Goa Donan membuat destinasi wisata tersebut tak terawat. Padahal dulu begitu terawat dan ada penjaganya, saat ini gak ada yang urus, sehingga tumpukan sampah dedaunan pun terlihat menumpuk.
kurangnya konsep pembangunan Goa Donan dan minimnya ide wisata yang ditawarkan menjadi penyebab sepinya Goa Donan. Untuk menarik wisatawan, pengelola pun akhirnya membebaskan tiket masuk. Sebelumnya, objek wisata Goa Donan dikelola secara swadaya oleh warga sekitar dan pemerintah desa. Fasilitas yang sudah tersedia seperti WC umum, lahan parkir dan lapak pedagang sudah disiapkan.
Gua yang satu ini sebenarnya cukup menarik. Gua peninggalan jaman penjajahan ini punya empat ruangan luas, yang dulunya dijadikan Belanda sebagai gudang senjata dan bunker. Beberapa peninggalan menjadi bukti sejarah. Selain wisata sejarah, potensi lain yaitu wisata penjelajahan gua dan edukasi.