Di bagian timur laut Kalimantan tepatnya di ‘hidung’ atau ‘moncong’ pulau, hiduplah sekelompok manusia yang pandai berburu. Mereka mendiami gua-gua kapur yang terangkat dari dasar lautan sejak zaman es. Sebuah kediaman layak huni bagi manusia pada penutup zaman batu tua atau paleolitikum.
Manusia diperkirakan sudah menempati gua-gua di hutan tropis basah ini kira-kira 40 ribu tahun lampau. Selain aman dari binatang buas, sebagian gua dilengkapi fasilitas air bersih. Sumbernya dari air hujan yang masuk ke tanah. Beberapa sungai bawah tanah pun mengalir di gugusan karst yang kini bernama Sangkulirang-Mangkalihat yang membentang di Kutai Timur hingga Berau.
Walaupun masih mengandalkan perkakas yang terbuat dari batu, kelompok manusia di Kalimantan ini ternyata sudah mengenal gambar. Mereka mulai membuat citra sederhana di dinding gua. Apa yang dilihat, itulah yang mereka lukis. Gambar-gambar binatang, pohon, hingga tapak tangan, tersebar di banyak gua. Inilah yang menjadi bukti bahwa manusia berakal telah mendiami Kalimantan sejak lama. Dari tarikhnya, kelompok manusia di timur Kalimantan ini hidup 30 ribu tahun lebih dulu dari persinggungan manusia dan peradaban yang ditemukan di Sungai Nil di Mesir.
Dr Pindi Setiawan adalah ilmuwan dari Institut Teknologi Bandung yang telah meneliti gambar cadas sejak 1996. Bersama sejumlah arkeolog mancanegara, Pindi memublikasikan jurnal berjudul Palaeolithic cave art in Borneo pada 2018 yang mengejutkan dunia. Di gua Lubang Jeriji Saleh, Sangkulirang-Mangkalihat, Kutai Timur, didapati sketsa rupa tertua di dunia yang pernah ditemukan. Figurnya seperti banteng liar dan diperkirakan berusia 40 ribu hingga 52 ribu tahun. Gambar itu 5.000 tahun lebih tua dari sketsa tertua selama ini yang ditemukan di Sulawesi. Sketsa Sangkulirang-Mangkalihat juga lebih dahulu dibuat dari seni pahat di gua Eropa yang berusia 35 ribu tahun.
Penetapan usia seni batu atau rock art di Kutai Timur tidak serampangan. Para arkeolog harus mengambil sampel yang mengandung pigmen (pewarna). Sampel ini diperoleh dari lapisan batuan yang mengapit gambar. Setelah itu, sampel dikirim ke Universitas Griffith di Queensland, Australia, untuk diuji.
“Metode yang dipakai adalah peluruhan thorium dan uranium. Artinya, menilik sampai level atom,” demikian Pindi Setiawan ketika diwawancarai kaltimkece.id pada 2018. Sampel ini tidak bisa diukur dengan cara biasa yaitu metode peluruhan karbon atau penanggalan radiokarbon C-14. Metode radiokarbon hanya mampu mengukur objek yang berusia kurang dari 40 ribu tahun.
“Makanya, dipakai peluruhan thorium-uranium. Sepengetahuan saya, alatnya sangat mahal dan hanya dimiliki negara-negara maju,” sambung Pindi.
Gugusan karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kalimantan memang telah dikenal dengan berbagai gambar peninggalan prasejarah. Sampai 2014 saja, tercatat ada 2.000 seni batu yang ditemukan di dinding gua. Yang tertua adalah sketsa hewan berwarna oranye kemerahan yang serupa banteng atau hewan yang telah punah.
Penemuan ini turut menyimpulkan, manusia telah menghuni gua di timur Kalimantan selama lebih dari 30 ribu tahun. Dugaan ini datang dari usia gambar-gambar di batu yang lain. Pindi dan kolega membagi tiga fase. Yang pertama adalah fase seni batu tertua yang dimulai pada 40 ribu tahun lalu. Petunjuknya adalah usia dari gambar serupa banteng tadi. Pada fase ini, manusia juga menggambar tapak tangan yang berusia sekitar 38 ribu tahun. Ada pula gambar hewan mirip teringgiling yang berusia 32 ribu tahun. Hewan itu diperkirakan sudah punah.
Fase kedua lebih banyak didominasi gambar tapak tangan manusia. Tariknya kira-kira antara sampai 4.000 tahun lalu. Fase terakhir adalah yang termuda, diwakili gambar-gambar yang berusia lebih muda dari 4.000 tahun. Gambar-gambar tersebut lebih bervariasi seperti tombak dan perahu.
“Sebagian besar gambar (di gua-gua Sangkulirang-Mangkalihat) ditemukan di dinding gua yang terang. Hanya 2 persen gambar ditemukan di tempat gelap,” terang Pindi. Para ilmuwan berpikir, pembuat gambar telah memperhitungkan tempat dengan matang. Gambar-gambar ini bukan grafiti yang abstrak. Pernyataan ini dilandasi dengan catatan bahwa kondisi gua pada masa lalu masih sama seperti sekarang.
Penelitian ini dapat menetapkan Kalimantan sebagai rumah pengrajin seni batu tertua di dunia. Sebenarnya tidak itu saja. Sudah sejak lama, Kalimantan Timur yang belakangan ditetapkan sebagai ibu kota negara, adalah wilayah pertama di Nusantara yang menggunakan aksara. (sumber:kaltimkece.id)