Adat istiadat suku Bali yang lain adalah Omed-omedan. Tradisi ini hanya boleh dilakukan wanita dan pria yang masih single atau tidak memiliki pasangan. Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan ini membuat muda-mudi wajib berpelukan satu sama lain. Bertemunya muda-mudi, berpelukan bahkan berciuman membuat tradisi unik ini pun seringkali menjadi ajang cari jodoh bagi warga Desa Sesetan. Meski begitu, tradisi ini digelar guna memupuk rasa persaudaraan pemuda dan pemudi desa. Selain itu, esensi tradisi yang digelar usai Hari Raya Nyepi juga sebagai wujud tolak bala.
Dulunya tradisi ini pernah ditiadakan, namun di tengah desa muncul dua ekor babi hutan yang sedang bertarung. Hal itu dianggap Masyarakat Desa Sesetan sebagai pertanda kurang baik. Setelah kejadian itu, tetua desa segera melaksanakan tradisi omed-omedan kembali. Sampai saat ini, tradisi itu terus dilakukan untuk menghindari desa dari malapetaka.
Musik gamelan mulai dimainkan, sayup-sayup terdengar para pemuda dan pemudi Desa Sesetan menyanyikan lirik lagu tersebut. Sebagai penanda akan segera melakukan tradisi Omed-Omedan. Penggalan lirik lagu itu menjelaskan tradisi ini berlangsung. Artinya Gelut berarti saling berpelukan, diman diartikan sebagai mengungkapkan rasa kasih sayang dengan ciuman, siam yang berarti siram, dan kedengin yang berarti tarik menarik. Peserta dibagi dalam dua kelompok; laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Seorang sesepuh memberikan aba-aba, kedua kelompok saling berhadapan.
Dua kelompok itu bergegas menggendong salah satu anggotanya yang menjadi wakil dari kelompok. Kedua kubu pun saling mendorong satu sama lain, membuat sang pionir berhadapan. Mata dengan mata. Tangan pemuda berada di lengan dan pinggul pemudi. Pipi keduanya bertemu, mereka pun saling berpelukan sebagai wujud kasih sayang dan kebersamaan. Beberapa bahkan saling berciuman.
pada saat keduanya berpelukan dan berciuman, kedua kelompok itu akan menarik masing-masing kelompok mereka sampai lepas. Namun, jika keduanya masih terus berciuman dan berpelukan, panitia akan menyiram mereka dengan air hingga basah kuyup. Begitu seterusnya hingga seluruh peserta mendapat giliran. Apabila ada salah satu wakil atau keduanya yang tidak saling suka, biasanya mereka sebisa mungkin akan menghindar dan tidak mencium meskipun sedang didorong masa.
Seru dan unik, tradisi Omed-omedan hanya melibatkan Sekaa Teruna Teruni atau pemuda-pemudi yang berumur 17 hingga 30 tahun. Dan bersifat wajib namun syaratnya peserta belum menikah. Selain itu, demi menjaga kesucian ritual, wanita yang sedang menstruasi tidak diperkenankan mengikuti tradisi ini.
Tradisi Omed-Omedan pun dikenal menjadi ajang cari jodoh yang paling dikenal luas di Indonesia. Tradisi asal Bali ini memiliki sejarah tersendiri dan sudah dilakukan sejak 17 abad yang lalu. Sama seperti upacara adat lainnya, sebelum ritual dimulai, seluruh peserta mengikuti upacara persembahyangan bersama di Pura Banjar. Setelah ritual sembahyang, ditampilkan pertunjukan Tari Barong Bangkung (barong babi) yang dimaksudkan untuk mengingat kembali peristiwa beradunya sepasang babi hutan di desa ini.