Saham harga diskon atau saham “salah harga atau saham undervalued” adalah rezeki nomplok bagi para investor saham secara garis besar saham salah harga adalah saham yang di perdagangkan dengan harga yang lebih rendah di bangdingkan dengan harga rendah di bandingkan dengan nilai instriknya ini berarti pasar tidak menilai saham dengan benar, dan ada kesempatan bagi investor untuk membeli dengan harga saham lebih murah pada umumnya untuk mengindetifikasikan saham yang di anggap salah harga, kita dapat melihat beberapa rasio dan angka antaranya :
- Price-to-earning (P/E) Ratio
- Price-to-book (P/B) Ratio
- Divedend discount model (DDM)
- Net asset value (NAV)
Supaya lebih mudah, kita dapat fokus hanya kepada PER dan PBV saham saja. PER dan PBV adalah rasio yang menunjukan beberapa kali laba per saham dibandingkan dengan harga saham sedangkan P/BV Ratio adalah yang menunjukan beberapa kali harga saham dibandingkan dengan nilai buku per saham. P/E Ratio lebih di gunakan untuk menilain kinerja perusahaan dalam jangka pendek, sementara P/BV Ratio lebih di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam jangka panjang beberapa investor menganggap bahwa PBV Rasio di bawah 1 ada undervalued namun perlu juga di ingati bahwa P/BV Ratio tidak harus selalu di bawah 1 agar saham tersebut dianggap undervalued, tergantung pada kondisi pada pasar kondisi pasar dan sekror industrinya sebagai contoh saham perusahaan bank P/BV Ratio diatas 1 tetapi di bawah 2 dapat dianggap undervalued, karena sektor perbank dikenal dengan nilai aset yang cenderung stabil dan meningkat dalam jangka panjang namun saham perusahaan teknologi dengan P/BV Ratio diatas 1 mungkin dianggap overvalued karena sektor teknologi cenderung mengalami perubahan yang cepat dan risiko yang lebih tinggi kedua risiko ini, dapat dilihat dengan mudah melalui aplikasi ajaib di key statiistics setiap emiten meski demikian tidak semua saham dengan PER dan PBV yang rendah layak untuk di beli kita juga perlu untuk melihat profil dan kinerja perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi
Berikut lima saham “salah harga” dengan kinerja baik yang dapat kamu perhatikan, adapun beberapa kriteria dari saham tersebut, meliputi :
- Kinerja cenderung meingkat
- Rutin membagikan dividen
- Syariah
- Nilai PER
- dan PBV yang murah
1 . MPMX
Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) atau yang lebih dikenal dengan MPN Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan jasa keuangan di indonesia dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia Sejak 2013, MPMX menjalankan bisnis di berbagai bidang usaha dari memproduksi beragam oli sepeda motor, penjualan ritel sepeda motor distribusi penjualan suku cabang sepeda motor, asuransi, sampai merambah ke jasa dealership penjualan kendaraan roda empat dengan platform online dalam tiga tahun terakhir kinerja perusahaan peningkat dan terus bertumbuh secara konsiten selain itu MPMX merupakan salah satu emite yang rumit membagikan dividen jumbo di tahun 2022, dividen yang diberikan berada diangka 15% saat ini PER dari MPMX adalah 8, 72 dengan PBV berada diangka 0,89.
2. AUTO
Astra Otoparts Tbk (AUTO) adalah anak usaha Astra internasional yang bergerak dibidang produksi suku cabang otomotif untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Hingga tahun 2020 perusahaan ini memiliki diler utama dab 24 kantor penjualan angka terbesar di seluruh Indonesia. AUTO merupakan saham yang juga bergerak di bidang otomotif sama seperti MPMX. Saham saham otomotif memang menarik untuk di cermati. Bukan tanpa alasan jika hampir seluruh tim pabrikan di MotoGP menggunakan slogan berdasarkan indonesia di motornya sebab di indonesia memang merupakan negara yang memiliki jumlah penjualan yang memiliki jumlah penjualan kendaraan terutama sepeda motornya besar. Tak heran jika tiga tahun terakhir kinerja perusahaan meningkat dan konsisten. Dividen AUTO tahun 2022 adalah sebesar 4,49% saat ini PER dari AUTO adalah 6 dengan PBV berada diangka 0,58.
3. ELSA
Elnusa Tbk (ELSA) adalah anak usaha pertamina Hulu Energi yang bergerak dalam bidang jasa hulu migas dan melakukan investasi saham pada anak perusahaan dan perusahaan joint venture yang bergerak di beberapa industri, seperti layanan dukungan dan perdagangan upstream migas, layanan dan perdagangan downstream migas bumi dan jasa pengelolaan dan penyimpanan data perdagangan migas dan pengelolaan aset lapangan migas bumi. Perusahaan juga menyediakan baran dari jasa, termasuk penyediaan dan pengelolaan ruang kantor untuk anak perusahaanya, pihak terkait dan pihak ketiga dalam tiga tahun terakhir kinerja perusahaan meningkat dan secara konsisten Dividen ELSA tahun 2022 adalah sebesar 2,37%. Saat ini PER dari ELSA adalah 5,91 dengan PBV berada di angka 0,57
4. TKIM
Pabrik Kertas Tijwi Kimia Tbk (TKIM) merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan kertas. Bisnisnya diklarifikasikan ke dalam dua sugmen. Produk kertas meliputi kertas pencetakan dan produk terkait kertas lainnya serta produk pengemasan yang meliputi kotak dan penjualan produk sampingan kimia, TKIM merupakan satu pabrik dengan sinar mas. Dalam tiga tahun terakhir menujukan kinerja perusahaan meningkat dan bertumbuh secara konsisten. Diveden TKIM tahun 2022 adalah sebesar 0,36%. Saat ini PER dari TKIM adalah 3,07 dengan PBV berada di angka 0,67.
5 . UNTR
United Tractors Tbk (UNTR) atau biasa di singkat dengan UT adalah anak usaha Astra Internasional yang memiliki lima grup usaha, yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, industri konstruksi, dengan energi hingga tahun 2020 United Tractor memiliki 183 titik layanan di seluruh indonesia, antara lain 20 kantor cabang 39 site support, dan 25 kantor perwakilan. UNTR merupakan perusahaan satu-satunya saham dalam daftar ini yang memiliki PBR lebih dari 1. Meski demikian, saham ini masih dapat dianggap salah harga karena telah turun dari angka tertingginya. Dalam tiga tahun terakhir perusahaan menunjukan kinerja yang meningkat dan terus bertumbuh secara konsisten. Diveden UNTR tahun 2022 adalah sebesar 6, 56%. Saat ini PER dari UNTR adalah 4,63 dengan PBV berada diangka 1,24.
Jadi, adakan dari saham saham tadi yang sudah berada di dalam portofolimu atau masuk dalam pantauanmu ?. apapun itu jangan lupa untuk tetap melakukan analisa secara mandiri dan bertanggung jawab sebelum mengambil keputusan investasi