Mengenal Cerita Sungai Cisadane

Sungai cisadane merupakan salah satu sungai yang melintasi provinsi jawa barat dan banten, sungai ini bersumber dari kaki gunung salak dan gunung pangrango yang mengalir kearah utara melalui kota bogor, ciampera, tanggerang dan berakhir di muara laut jawa. Sungai cisadane mempunyai anak sungai antara lain, cisodong, cibogo, citempuan, cieeten, cisidangbarang, cipanas, dan lain sebagainya.  Sungai ini memiliki luas 154.654 ha dengan panjang 126 km, dan melintasi sebanyak 44 kecamatan di 5 kabupaten kota Bogor.

Sungai cisadane berasal dari bahasa sansekerta “sadane” yang berarti kerajaan dan bahasa sunda “ci” yang berarti air. Jadi, sungai cisadane diartikan sebagai air istana kerajaan. Versi lain menungkapkan oleh abah mustayah, seorang budayawan tanggerang, yang mengatakan jika cisadane berasal dari bahasa sunad yang berarti air yang rianya gemuruh. Hal tersebut dikarenakan dulu arus air sungai tersebut sangat deras dan bersuara gemuruh.

Sungai yang melintasi kota tanggerang sejak dulu dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan perairan. Salah satunya, sungai ini dulunya di manfaatkan para pedagang Tionghoa untuk berlayar masuk ke pendalaman daerah tanggerang selain itu pemerintah colonial belanda sendiri telah membuat sebuah bendungan guna mengatur debit sungai cisadane yang akan mengalir ke Batavia. Jika tidak demikian di khawatirkan kota Batavia terendam banjir cukup parah, bendungan tersebut masih berdiri megah hinggah saat ini di daerah kota tanggerang. Tepatnya perbatasan antara kecamatan karawaci dan kecamatan neglasari. Bendungan tersebut masih berfungsi baik saat ini, dan masyarakat kota tanggerang menyebutnya dengan bendungan air pintu sepuluh atau sangego.

READ  Ingin Punya Kerjaan yang Menyenangkan? Begini Cara mengubah Hobi Menjadi Bisnis

Sungai cisadane juga menyimpan cerita misteri buaya hitam, konon dulu buaya putih pernah muncul menjelang banjir besar sekitar tahun 1932. Dan terdapat juga misteri kura-kura berukuran besar yang punya punggung terdapat tulisan cina. Menurut catatan sejarah abad ke 16 banyak kapal dagang kecil memasuki muara cisadane pesisir laut jawa untuk berlabu ke tanggerang, kala itu daerah mauk, kedaung, sewan, kampung melayu dan teluk naga, masih berupa rawa-rawa. Sehinggga muara cisadane masih berada di dekat tangerang.

Aliran air cisadane di manfaatkan sebagai produksi air bersih yang masuk tangerang, pusat irigasi, serta pengendalian banjir. Pemanfaatan sungai cisadane, menjadi penyedia air bersih, mulai dilakukan sejak tahun 1930an oleh hindia belanda. Selain sebagai pemasuk kebutuhan air besih, sungai cisadane juga di manfaatkan untuk perayaan festival lokal di tangerang, yaitu festival cisadane yang ada sejak 1995. Sungai cisadane juga memiliki potensi untuk menjadi tempat wisata.