Mengenal Tradisi Mekotek, Warisan Budaya Uji Nyali

Salah satu tradisi unik yang sudah terkenal yakni Mekotek di Desa Munggu. Tradisi yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mengwi ini nyatanya tetap lestari ditengah masa modernisasi. Bahkan setiap desanya memiliki beragam tradisi yang menjadi ciri khasnya sendiri. Kentalnya nilai seni di Bali membuat setiap pertunjukkan seni baik sakral maupun profan terlihat sangat sarat akan nilai sejarah.

Keunikan Tradisi Mekotek

Bagi semeton yang hendak liburan ke Bali saat perayaan hari raya Kuningan, harus mampir ke desa Munggu, Mengwi, Badung. Tidak lain dan tidak bukan, semeton wajib melihat secara langsung tradisi unik dan satu-satunya di Bali yaitu Mekotek. Prosesi mekotek ini dimulai dengan persembahyangan bersama di Pura Dalem setempat. Kemudian pawai menuju sumber air yang ada di bagian utara kampung.

Tradisi mekotek ini diikuti oleh hampir seluruh warga setempat, utamanya kaum pria dengan rentang usia 12-60 tahun. Peserta ini terbagi dalam beberapa kelompok, yang mana setiap kelompoknya terdiri dari 50 orang. Setiap peserta membawa tongkat kayu kemudian dibentuk menjadi sebuah piramid kayu. Seluruh peserta ini mengenakan pakaian adat madya dengan kancut dan udeng (ikat kepala khas Bali).

Bagi peserta yang punya keberanian tinggi bisa mencoba untuk naik ke puncak piramid kayu. Peserta yang punya nyali untuk naik ke puncak piramid akan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan. Disaat yang bersamaan berteriak seperti panglima perang yang sedang memberikan komando pada prajuritnya untuk terus menerjang musuh.  Sesampainya di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang di bawa dari tempat kumpul awal diberi tirta (air suci) . Setelah semua prosesi itu usai seluruh peserta melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling.

READ  Tujuan Dari Tradisi Ngaben Bikul Di Desa Adat Bedha

Mulanya tongkat yang digunakan bukanlah kayu melainkan tongkat besi. Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi seperti luka-luka, maka sekitar tahun 1948 diganti menggunakan tongkat kayu. Kayu yang digunakan bernama kayu pulet yang kulitnya telah dikupas menjadi halus dengan panjang sekitar 3,5 – 4 meter. Sedangkan untuk tombak asli yang digunakan pada zaman dulu telah disimpan di Pura Desa setempat.

Asal Usul Tradisi Mekotek

Awalnya tradisi mekotek atau ngerebeg dilaksanakan untuk menyambut kedatangan prajurit dari pasukan Kerajaan Mengwi. Sambutan itu dilaksanakan untuk merayakan kemenangan pasukan Kerajaan Mengwi atas peperangan melawan Kerajaan Bambangan. Namun pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1915, pihak Belanda menghentikan tradisi ini. Mereka khawatir warga setempat akan melakukan pemberontakan karena melihat semangat juang rakyat yang tinggi. Setelah tradisi ini tidak digelar banyak warga yang jatuh sakit secara berkala. Oleh karena itu tradisi ini dilaksanakan kembali hingga sekarang. Tradisi ini dilaksanakan saat Kuningan karena sebelum tentara Kerajaan Mengwi mengadakan perlawanan, Raja Mengwi bersemedi tepat pada Hari Raya Kuningan. Saat ini kerajaan Mengwi meninggalkan tempat bersejarah yang sekaligus menjadi tempat wisata di Bali yakni Taman Ayun.

READ  Jangan Anggap Remeh! Kenali Ciri-ciri Kampas Rem Mobil yang Sudah 'Minta Pensiun

Tujuan dan Makna Tradisi Mekotek

ujuan dari diselenggarakan tradisi ini untuk menolak bala serta memohon keselamatan. Dibalik tujuan suci tersebut tradisi ini juga memiliki makna tersendiri yakni sebagai penghormatan kepada pahlawan. Maksud dari penghormatan kepada pahlawan ini yakni peringatan kemenangan perang Kerajaan Mengwi dan perluasan wilayah. Kemudian yang kedua adalah penolak bala, tradisi ini diyakini dapat menolak bala, memberi keselamatan, kesuburan, kemakmuran terhadap pertanian desa setempat. Yang terakhir adalah sebagai pemersatu warga, warga setempat meyakini dengan melaksanakan kegiatan ini para pemuda akan berkegiatan positif.

Menyambut apresiasi dari Kementerian, saat ini pemerintah Kabupaten Badung tengah memberdayakan Tradisi Mekotek untuk digelar dalam pertunjukan seni. Langkah ini merupakan upaya untuk mengenalkan tradisi lokal Bali kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Tak hanya itu namun juga sebagai upaya melestarikan tradisi mekotek agar tidak hilang tergerus zaman.

Pelibatan pemuda-pemudi dalam setiap prosesi yang bernilai sakral dan sarat akan sejarah desa Munggu ini tentunya dapat menjadi cara itu untuk menanamkan rasa cinta terhadap warisan leluhur. Bukan hanya penanaman cinta, tetapi juga sebagai jembatan untuk melanjutkan tradisi lokal hingga masa ke masa. Sehingga bagaimanapun perubahan zaman yang terjadi kedepannya tak akan mampu merubah warisan budaya yang sudah melekat dan menjadi identitas desa adat di Bali.