Sebutan Pamali “Bengga Bula” Dari Kisah Randa Ntovea Di Tanah Kaili

Bengga Bula merupakan kata yang tak asing di telinga orang palu terutama suku kaili di provinsi Sulawesi tengah. Kata bengga bula artinya kerbau putih. Namun banyak orang yang meremehkan kata-kata ini, menyebut kata ini di anggap tabu oleh sekelompok penduduk di tanah kaili.

Berdasarkan cerita yang diperoleh dari beberapa sumber alasan mengapa kata bengga bula tidak boleh sembarang di ucapkan lantaran memiliki kaitan erat dengan legenda putri raja di tanah kaili. Menurut kisah zaman dahulu ada seorang gadis cantik bernama Randa Ntovea. Ia adalah anak dari raja kaili. Makna dari nama Randa Ntovea memiliki  arti putri yang disayangi.

Kisah Randa Ntovea ini cukup di kenal di tanah kaili, yakni makin di populerkan lagi oleh alm. Hasan Bahasyuan yang menciptakan lagu “Randa Ntovea” legenda ini secara umum menggambarkan kisah pilu yang dialami randa ntovea, kala itu ia diserang oleh penyakit yang di anggap menular. Karena tidak ingin tersebar di penduduk kerajaan. Randa Ntovea ini diasingkan di tempat yang jauh dari penduduk.

Randa Ntovea pun mengisolasikan banyak penduduk takut karena penyakitnya yang menular. Ia menjauhi orang yang ia sayangi terutama orang tuanya. Randa Ntovea hanya bisa memohon doa kepada pemilik dan pencipta alam raya agar penyakitnya disembuhkan. Berkat doanya, sang pencipta mengirimkan seekor kerbau putih atau yang sebut dengan “bengga bula”.

READ  Ini Alasan Mengapa Pemimpin itu Harus Tangguh

Kerbau tersebut kemudian menjadi penyebab kesembuhan penyakit Randa Ntovea. Bahkan atas kuasa Tuhan, wujud Randa Ntovea pun bertambah cantik. Kabar kesembuhan putrinya pun sampai ke telinga raja Kaili (madika Kaili). Raja kemudian memerintahkan orang-orang di kerajaan untuk memanggil putri tercintanya kembali ke kerajaan. Raja Kaili kemudian menggelar kesyukuran atau dalam bahasa kaili ada salama, atas kesembuhan dan kembalinya Randa Ntovea.

Bengga Bula Pemali

Randa Ntovea menceritakan kepada raja dan penduduk tentang cerita proses kesembuhannya. Konon, dalam legenda ini, raja mengambil sebuah tindakan serupa janji dan keputusan untuk tidak menyebut sembarangan kata bengga bula. Konon, sejak itu, bengga bula pemali untuk disebutkan.

Tidak sedikit suku Kaili, secara khusus orang tua melarang anaknya atau siapa saja menyebut sembarangan kata bengga bula. Alasan pelarangan tersebut, mungkin, memiliki makna dalam menghargai keputusan raja, menghargai kisah Randa Ntovea, menghargai legenda dari leluhur, dan mungkin juga menghargai apapun termasuk hewan sejenis kerbau sebab itu semua adalah ciptan Yang Maha Kuasa.