Mari kita beranjak ke daerah Sumatra Barat, yang terkenal dengan kuliner dan sering ditemui diberbagai penjuru nusantara, yaitu nasi padang. Bayangkan saja, kuliner satu ini mampu menggugah selera siapapun untuk menyantapnya.
Penampakan nasi padang memang terkesan berantakan. Namun, jangan salah kuliner satu ini diperkaya akan rempah-rempah yang membuat rasanya menjadi gurih dan nikmat.
Walaupun menjadi makanan yang paling banyak dinikmati, ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui sejarah nasi padang.
Sejarah Nasi Padang
Untuk penyebutan Rumah Makan Padang merupakan sebutan khusus yang diberikan oleh masyarakat Minangkabau untuk restauran yang dimilikinya. sedangkan untuk penyebutan makanannya disebut nasi padang.
Penyebutan “Padang” merupakan bentuk perubahan identitas yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, karena pada tahun 1961 terjadi pemberontakan di Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra Barat. Akibatnya terjadi pemindahan besar-besaran suku Minang ke daerah lain, termasuk Pulau Jawa.
Dalam sejarahnya untuk penyebutan nama “Restoran nasi padang” atau “Rumah Makan Padang” pertama kali ditemukan dalam iklan surat kabar yang terbit tahun 1937-an. Di iklan tersebut mempromosikan sebuah restoran padang bernama Goncang Lidah yang berada di Cirebon.
Kala itu, masyarakat Minangkabau menggunakan istilah Padangsch Restaurant untuk menjual makanan khas mereka. Dan ini sebagai bentuk kebiasaan masyarakat Minangkabau yang merantau ke Pulau Jawa dengan membawa resep makanan mereka.
Untuk sekarang makanan ini bisa dijumpai dimana saja untuk dinikmati. Namun, pada zaman dahulu makanan ini hanya disantap oleh orang-orang tertentu saja, atau para saudagar kaya raya. Sedangkan masyarakat yang berstatus sosial rendah, menikmati masakan padang dengan cara dibungkus dan disantap di rumah masing-masing.
Hal ini yang menjadi asal-usul masakan padang yang dibungkus akan lebih banyak prosinya daripada yang disantap di restaurannya.
Menu Lauk Nasi Padang
Setelah mengenal sejarah dari nasi padang, sekarang kita beranjak ke menu yang terjadi dalam makanan khas daerah Sumatra Barat, yaitu nasi padang.
Rendang
Dalam menu lauk yang tersaji, tentunya lauk ini selalu dijumpai. Rendang sendiri biasanya terbuat dari daging sapi atau kerbau. Daging ini dimasak bersamaan dengan bumbu dan santan selama berjam-jam agar bumbu meresap hingga ke dagingnya.
Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa rendang hanya satu versi saja. Tetapi, di daerah Sumatra Barat rendang memiliki berbagai versi. Variasi rendang sendiri memiliki 150 versi dari daerahnya sendiri.
Kalio
Lauk yang satu ini, bahan dasarnya sama saja dengan bumbu rendang. Perbedaannya hanya terletak di proses memasaknya. Kalio sendiri proses memasaknya tidak dalam durasi yang lama. Sehingga pada warnanya, cenderung coklat muda dan teksturnya lebih basah
Sedangkan pada rendang memiliki warna cenderung coklat tua dan bumbu-bumbunya menempal pada dagingnya.
Dendeng Batokok
Bahan bakunya adalah daging sapi yang diiris tipis dan lebar, kemudian dipipihkan dengan cara dipukul-pukul. Dalam bahasa Minang, batokok berarti memukul.
Setelah diiris dan dipipihkan daging ini akan digoreng hingga kering dan dibumbui dengan sambal lado mudo alias sambal cabe hijau.
Ayam Pop
Untuk ayam pop memiliki putih pucat. Walaupun digoreng, menu ayam pop ini berbeda dengan ayam goreng pada umumnya. Karena, ayam pop tidak memiliki kulit yang garing, bagian luarnya cenderung lembut.
Gulai Tunjang
Gulai tunjang terbuat dari kikil, yang memiliki tekstur kenyal dan dimasak dengan kuah santan dan rempah yang menggugah selera. Apalagi perpaduan gulai tunjang memiliki rasa yang gurih dan teksturnya empuk.
Telur Dadar
Kalau telur dadar dimasakan padang, tentunya berbeda dengan telur yang biasanya kita goreng. Karena telur dadar pada masakan padang memiliki pinggiran lebih garing dan bentuknya pun lebih tebal.
Untuk proses pembuatannya biasa diberi tambahan lain, seperti parutan kelapa, tepung beras, dan daun bawang. Pada proses menggorengnya pun memiliki teknik khusus.