Sering Diremehkan Karena Umur? Kenali Ageisme!

Apa itu ageisme?
Sumber gambar : https://www.pexels.com/

Apa itu Ageisme?

Ageism merupakan suatu stereotip ataupun diskriminasi terhadap orang berdasarkan umur mereka dan dapat terjadi baik di tempat kerja ataupun dalam kehidupan pribadi seseorang. Ageisme bisa terjadi pada orang berusia yang lebih tua ataupun muda. Tetapi, budaya kita cenderung mengagungkan anak muda, sehingga orang berusia yang lebih tua lebih kerap jadi korban diskriminasi di ruang publik.

Ageisme bisa terjadi sejak ingatan kamu mulai berjalan. Saat masih kanak- kanak, kita mulai memahami tentang anggapan kalau penuaan merupakan proses yang tidak diinginkan dan orang berusia yang lebih tua dianggap tidak sanggup melindungi diri mereka sendiri. Pesan- pesan ini dapat muncul di media mainstream kita. Bayangkan saja iklan tentang perawatan kulit agar tetap lebih muda dengan nyata menampilkan orang yang sudah renta sebagai perangai buruk bagi penampilan seseorang ataupun acara tv yang menggambarkan orang berusia yang lebih tua tidak tahu apa- apa dan lemah. Pesan negatif tentang umur juga sering kita dengar lewat candaan dan komentar santai dari anggota keluarga dan sahabat.

Ageisme kerap dikira lebih bisa diterima oleh publik daripada rasisme dan seksisme, namun semacam masalah- masalah ini bukanlah hal remeh dan mudah diterima. Tetapi, bukan berarti kamu mesti menutup mata dan menerima perlakuan tidak adil. Terdapat banyak langkah yang bisa kamu ambil buat mengatasi permasalahan dan tantangan diskriminasi umur. Dengan melakukan itu, kamu tidak cuma menolong diri kamu sendiri, namun kamu juga menolong menciptakan budaya yang lebih berpikiran terbuka dimana stereotip tentang usia adalah suatu hal yang tidak wajar.

Jenis-jenis Ageisme

Seperti seksisme dan rasisme, ageisme bisa timbul dalam beragam perlakuan, mulai dari rasa tidak hormat dalam interaksi personal sampai ketidaksetaraan sistemik.

READ  Menghadapi Anak yang Sulit Makan: Tips dan Trik untuk Mengatasi Masalah Picky Eater

Ageisme interpersonal berlangsung saat interaksi antar individu. Bayangkan seorang supervisor yang menolak memberi kamu tugas yang lebih baru karena umur kamu. Ataupun bayangkan seorang anggota keluarga yang suka membuat candaan kecil seperti,“ Om tidak mengharapkanmu buat mengikuti jejak kesuksesan kami.” Bila kamu merupakan orang berusia yang lebih tua, bahasa yang menyepelehkan semacam ini bisa membuat kamu merasa terhina, frustrasi, dan tidak dihargai. Itu juga dapat memberi diskriminasi umur pada diri sendiri.

Ageisme mandiri ialah ketika kamu menginternalisasi perilaku negatif terhadap isu penuaan ataupun  umur kamu sendiri. Ini dapat menyebabkan timbulnya rasa keraguan diri yang mendalam dan anggapan negatif tentang diri kamu secara keseluruhan. Kamu bisa jadi mulai yakin kalau tahun- tahun terbaik kamu sudah berlalu ataupun kalau kamu mulai beripikiran bahwa dirimu menjadi beban untuk keluargamu. Bisa jadi ketika kamu kehilangan barang ataupun kurang ingat nama kenalan, kamu menyalahkan umurmu. Ataupun bisa jadi kamu menyalahkan kebiasaan gaya hidup kamu. Hal ini hanya akan  memperkuat ageisme pada diri kamu sendiri dan memberi orang lain lebih banyak alasan buat mempercayai stereotip tersebut.

Ageisme institusional yakni ketika norma, praktik, dan aturan sosial yang tidak adil untuk orang berusia yang lebih tua. Seringkali tempat kerja menuntut pekerja mereka untuk pensiun pada umur tertentu merupakan contoh dari ageisme institusional. Dalam sebagian permasalahan, ageisme begitu menempel dalam institusi sehingga bisa jadi susah dikenali. Misalnya, di bidang profesi medis, orang berusia yang lebih tua kerap kurang terwakili dalam riset kesehatan dan uji klinis. Contoh lain misalnya sebagian besar masyarakat akan memilih untuk berkonsultasi dengan dokter yang lebih muda dibanding dokter yang sudah renta.

READ  Dampak Menahan Kentut Bisa Berobat 1,4 Juta Sekali Kentut

Ageisme di tempat kerja

Ageisme bisa sangat lumrah di tempat kerja, dimana hal itu bisa mempengaruhi segalanya mulai dari keamanan finansial sampai kesehatan mental kamu. Menurut survei tahun 2020, 78 persen pekerja yang lebih tua menyaksikan ataupun mengalami diskriminasi umur saat bekerja.

Ageisme juga bisa digabungkan dengan seksisme dan rasisme yang dapat menghasilkan konsekuensi perlakuan diskriminatif yang meningkat. Misalnya, perempuan yang lebih tua dengan warna kulit yang lebih gelap menghadapi diskriminasi usia, ras, dan tipe kelamin dalam kehidupan individu mereka.

Dampak ageisme

Perilaku, pikiran, dan tindakan orang tua bisa melakukan lebih dari sekadar menyakiti perasaan kamu dan membuat kamu merasa diremehkan. Bias umur dan diskriminasi bisa berakibat signifikan pada kesehatan mental dan fisik kamu, harga diri, kehidupan sosial, dan bahkan finansial kamu.

Dampak fisik

Ageism terkait dengan tingkat kematian. Pada  suatu riset menemukan kalau orang berusia yang lebih tua yang terlibat dalam self- directed ageism dan menganggap diri mereka tidak berguna memiliki rentang hidup yang lebih pendek dibanding dengan para lansia yang memiliki pola pikir yang positif. Ageisme mandiri pula bisa menyebabkan hasil kesehatan yang kurang baik, termasuk keadaan kronis dan permasalahan kesehatan jangka pendek. Ageism juga pada kenyataannya memperlambat pemulihan penyakit tubuh.

Bila Kamu mempunyai anggapan diri yang negatif, Kamu bisa jadi lebih cenderung berada dalam situasi yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang kurang baik, merokok, minum, ataupun tidak meminum obat sesuai takaran. Kamu bisa jadi pula mempunyai tingkatan ketahanan dan dukungan sosial yang lebih rendah, dimana kedua hal ini mempengaruhi harapan hidup seseorang.

READ  Tepung dari Kulit Pisang : Simak Segudang Gizi dan Manfaatnya!

Dampak kesehatan mental

Pendapat umur dari anggota keluarga bisa jadi membuat kamu merasa tidak berharga ataupun minimnya dukungan sosial terhadap diri kamu. Diskriminasi dari rekan kerja dan atasan bisa membuat kamu mempertanyakan nilai kamu kepada orang-orang di sekitarmu. Jadi, bisa jadi tidak mengherankan bila riset menampilkan kalau umur bisa menimbulkan penyusutan kesehatan mental.

Ageism bisa merangsang ataupun memperparah tekanan mental. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 6 juta permasalahan tekanan mental yang terjadi di seluruh dunia bisa jadi diakibatkan oleh diskriminasi umur.

Anggapan  negatif diri tentang penuaan bisa mempengaruhi kesehatan mental kamu. Setalah menginternalisasi stereotip negatif, kamu bisa jadi menghadapi penyusutan kemampuan kognitif yang sesungguhnya, seperti berkurangnya daya ingat karena khawatir dengan streotip tersebut. Fenomena ini diketahui menjadi ancaman stereotip dan bisa menjadi energi negatif yang bisa mempengaruhi harga diri serta kinerjamu.

Dampak pada kesejahteraan sosial

Ageisme bisa menyebabkan isolasi sosial dan kesepian. Kamu bisa menjadi merasa ditolak oleh anggota keluarga dan memutuskan buat menarik diri dari kegiatan sosial. Ataupun bisa jadi konten media  membuat kamu khawatir menjadi korban kejahatan, sehingga kamu mengasingkan diri ataupun merasa ragu buat bepergian.

Stereotip serta mitos tentang seks di setelah itu hari bisa menimbulkan keengganan terhadap keintiman raga. Hambatan institusional, semacam pensiun harus, pula bisa mempersulit Kamu buat bersosialisasi.

Demikian artikel tentang ageisme, nanti kita lanjut lagi pembahasan ini!