Situs Trowulan merupakan kawasan kepurbakalaan dari periode klasik sejarah Indonesia yang berada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai temuan yang pernah diangkat di sini menunjukkan ciri-ciri pemukiman yang cukup maju. Berdasarkan kronik, prasasti, simbol, dan catatan yang ditemukan di sekitar kawasan tersebut, diduga kuat situs ini berhubungan dengan Majapahit. Sebuah kemaharajaan yang pernah berdiri sekitar tahun 1293–1527 M.
Asal Usul Sejarah Situs Trowulan
Nama “Trowulan” diambil dari nama kecamatan tempat ditemukannya mayoritas struktur besar yang ada. Ada dua pendapat mengenai asal nama ini. Pendapat yang pertama, diajukan oleh Henri Maclaine Pont, adalah dari asal “Setra Wulan”. Pendapat lain, disebut dalam Serat Darmagandhul pupuh XX, ada tempat bernama “Sastrawulan”, tempat Brawijaya, raja Majapahit, meminta sebagai lokasi makamnya.
Kitab perjalanan dari Tiongkok, Yingyai Shenglan, yang ditulis oleh anak buah Kapiten Cheng Ho, Ma Huan, menyebutkan bahwa Man-The-Po-i (Majapahit) merupakan kota yang sangat besar tempat raja bermukim. Apakah yang dimaksud adalah pemukiman Trowulan tidak ada yang menyebutkan, namun berbagai temuan memberikan dugaan kuat keterkaitan ini.
Ada banyak pengetahuan yang tentunya harus kita ketahui mengenai peradaban pada zaman Majapahit terdahulu yang perlu dikaji. Dari pelajaran sejarah kita banyak mengetahui sumpah amukti palapa dari Gadjah Mada.
Dan juga tentang Ratu Tribhuwanotunggadewi Jayawisnuwardhani dan Raja Hayam Wuruk dua nama tersebut yang berhasil membawa nama Majapahit di puncak kejayaan. Jika berkunjung di Trowulan pengunjung akan disajikan banyak sekali cerita dan bukti yang dapat dilihat tentang peradaban pada abad ke 13 dahulu. Mulai berdiri pada tahun 1293 dan diperkirakan runtuh pada tahun 1521 Masehi. juru kunci atau perantara di Wringin Lawang salah satu dari ribuan artefak dan puluhan bangunan bersejarah penanda kebesaran dari Majapahit, penguasa dari negeri ini juga menyempatkan waktunya untuk berziarah dan berdoa supaya diberikan kelancaran saat pemilihan pejabat kelak.
Letak Trowulan sendiri berada di 60 Km barat daya dari Kota Surabaya. Surabaya sendiri adalah ibukota dari Majapahit ketika mencapai puncak kejayaan. Area yang seluas 11 x 9 kilometer persegi. Nurhadi Rangkuti mengatakan bahwa, wilayah yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Majapahit telah ditemukan setidaknya 32 kanal, ada satu kolam yang mempunyai seluas lebih kurang 6,5 hektare, dua pintu gerbang, gapura bajangratu dan gapura wringin lawang. ada juga pemukiman dan pendopo kuno, candi brahu, candi tikus,dan candi gentong.
Sejarah mencatat bahwa situs Trowulan merupakan satu-satunya situs peninggalan dari purbakala yang mempunyai bentuk kota dari era kerajaan kuno klasik nusantara dari abad V sampai XV masehi. Rumah pemukiman penduduk sekitar Trowulan mempunyai bentuk rumah yang megikuti pada zaman kerajaan Majapahit terdahulu. Masih asri dan mempunyai atap yang hanya berbahan kayu dan batu. Pada abad ke 13 yang masih belum ditemukannya kayu warga dahulu menggunakan sehelai serat kayu untuk mengikat genteng dan kayu supaya menyatu tetapi, mengikat kayu dan genteng haruslah sangat kuat. Uniknya lagi untuk pengamanan pada pintu warga dahulu hanya mengandalkan sebalok kayu untuk mengganjal pintunya dan sudah termasuk kategori aman.
Situs bekas Kerajaan Majapahit ini dibangun di sebuah dataran yang merupakan ujung penghabisan dari tiga jajaran gunung yaitu Gunung Penanggungan, Gunung Welirang dan Gunung Anjasmara. Kondisi dari daerah Trowulan sendiri termasuk kondisi geografis yang sesuai untuk pemukiman. Hal ini didukung oleh antara lain yaitu topografis yang landai dan air tanah yang relatif dangkal.