Hari Raya Galungan dan Kuningan diperingati oleh masyarakat Hindu di Bali, Indonesia. Galungan diperingati 210 hari sekali, dan Kuningan diperingati 10 hari setelah Galungan, Kedua hari raya ini diperingati dengan cara mengadakan upacara-upacara keagamaan, memasang penjor (tiang yang berisi tandan bambu yang dilengkapi dengan bunga dan daun-daun kelapa) di depan rumah, dan menyajikan makanan khusus.
Selain itu, masyarakat juga biasanya melakukan puja (upacara pemujaan) di kuil atau pura dan berkunjung ke tempat-tempat pemujaan lainnya untuk memberikan bantuan kepada para pendeta dan memperoleh berkah.
Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan
Galungan adalah hari raya di Bali yang merayakan kemenangan dharma atas adharma (kemenangan kebaikan atas kejahatan). Hari raya ini menandai waktu ketika roh leluhur dari kerabat yang telah meninggal mengunjungi bumi. Kemudian hari terakhir dari perayaan Galungan adalah Kuningan, ketika roh leluhur dan kerabat meninggalkan bumi. Roh-roh kerabat yang telah meninggal kembali mengunjungi rumah mereka sebelumnya dan orang Bali memiliki tanggung jawab untuk bersikap ramah dan menyambut leluhur masa lalu mereka melalui doa dan persembahan di seluruh rumah.
Tanda yang paling jelas dari perayaan ini adalah penjor – tiang bambu dengan sesajen yang digantung di ujungnya yang berjejer di sepanjang jalan. Galungan adalah perayaan besar dan kebabahagian, di mana orang-orang terhubung dengan Tuhan, makan makanan Bali yang enak, dan berpakaian tradisional untuk mengunjungi pura dan keluarga mereka.
Sejumlah hari di sekitar hari Galungan dan Kuningan memiliki nama khusus dan ditandai dengan penyelenggaraan kegiatan tertentu. Galungan dimulai pada hari Rabu Dunggulan, minggu ke-11 dari 210 hari kalender pawukon. Ini berarti bahwa sering ada dua perayaan setiap tahun (masing-masing berjarak sekitar 7 bulan). Semua sekolah di seluruh Bali ditutup selama 2 minggu untuk liburan.
Tradisi dan Perayaan saat Galungan dan Kuningan di Bali
Di setiap desa dan daerah, umat Hindu Bali melakukan atraksi dan parade yang berbeda untuk merayakan hari-hari perayaan keagamaan yang meriah. Dilansir dari baliinternships.com berikut ini adalah beberapa kebiasaan orang Bali dan tradisi menarik yang mungkin Anda temukan di Bali selama minggu Galungan dan Kuningan:
Ngelawang Barong
Ngelawang berasal dari kata lawang (pintu), sebuah pertunjukan yang dilakukan dari rumah ke rumah, dari desa ke desa dengan menggunakan barong bangkung (barong dalam bentuk babi).
Ngelawang Barong berasal dari mitologi Dewi Ulun Danu yang berubah menjadi raksasa, untuk membantu penduduk desa menaklukkan roh jahat. Dahulu ritual ini tergolong sakral, namun saat ini Ngelawang dijadikan sebagai seni pertunjukan yang dilakukan oleh anak-anak.
Perang Jempana
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1500, di Desa Paksebali, Klungkung. Perang Jempana merupakan tradisi yang dilakukan setiap hari raya Galungan dimana warga setempat membawa tandu (jempana) dengan sesajen dan simbol-simbol para Dewa. Puncak dari ritual ini adalah Ngambeng Jempana, yaitu atraksi saling menyemangati antar warga yang membawa jempana sambil diiringi suara gong tawon. Acara biasanya dilakukan di sekitar daerah Klungklung.
Gerebeg Mekotek
Di Tabanan, Desa Adat Munggu, tepatnya di Mengwi, ada tradisi panjang setiap Galungan berupa parade penghapusan roh jahat (bala) yang disebut Gerebeg Mekotek. Tradisi mekotek dilakukan dengan kayu yang dikupas sepanjang 2,5 meter. Warga yang mengikuti tradisi tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok, dari mereka akan dipilih satu sebagai komando untuk memberikan perintah dari atas piramida.
Komandan akan mengarahkan kelompok tersebut untuk menabrak kelompok lain. Selain menolak bala, Mekotek juga dipercaya sebagai permohonan berkah dan meminta kesuburan untuk lahan pertanian setempat. Tradisi ini biasanya dilakukan di sekitar wilayah Denpasar.
Hari Raya Galungan dan Kuningan dirayakan secara meriah dan diadakan secara terbuka, sehingga memberikan kesempatan kepada umat Hindu non-Bali untuk turut serta dalam pawai dan perayaan. Selain ritual keagamaan Galungan dan Kuningan, perayaan ini juga mengekspos Bali dan masyarakat Bali tentang semangat dinamis yang luar biasa dari keseimbangan kehidupan budaya, tradisi dan alam.