Tujuan Dari Tradisi Ngaben Bikul Di Desa Adat Bedha

Upacara kremasi jenazah atau ngaben dalam agama Hindu merupakan kebudayaan di Bali. Namun kali ini tikus diaben untuk mengusir hama tikus. Ritual ngaben tikus atau bikul ini sudah menjadi tradisi turun temurun warga dan dilakukan puluhan tahun lama. Warga menyakini ngaben ini sebenarnya sebagai bentuk upacara pembersihan atau mengembalikan atman bikul (tikus) supaya kembali ke asalnya.

Ngaben bikul di sini dilakukan untuk menanggulangi hama tikus, hama werwng hingga virus pada tanaman padi. Adapun rangkaian dari ngaben bikul ini hampir sama dengan ngaben untuk manusia. Pertama, tikus dibawa oleh masing-masing subak tempek di Desa Adat Bedha.

Ngaben bikul di sini dilakukan untuk menanggulangi hama tikus, hama werwng hingga virus pada tanaman padi. Adapun rangkaian dari ngaben bikul ini hampir sama dengan ngaben untuk manusia. Pertama, tikus dibawa oleh masing-masing subak tempek di Desa Adat Bedha.

Prosesi Ngaben Bikul Dan Tujuannya

Adapun ngaben bikul dilaksanakan hanya sampai ngayud saja, dan tidak seperti ngaben untuk jenazah manusia yang dilanjutkan dengan upacara ngerorasin, memukur hingga ngelinggihan di kemulan. Upacara ngaben bikul di Desa Adat Bedha ini sudah ada sejak tahun 1965. Bahkan perihal ngaben ini sudah termuat dalam lontar Perimpon Bali. Ngaben bikul di sini dilakukan untuk menanggulangi hama tikus, hama werwng hingga virus pada tanaman padi.

READ  Breathing Techniques for Emotional Control: A Guide to Improve Your Well-being

Adapun rangkaian dari ngaben bikul ini hampir sama dengan ngaben untuk manusia. Pertama, tikus dibawa oleh masing-masing subak tempek di Desa Adat Bedha. Di sini terdapat 6 subak tempek. Tikus tersebut diambil secara langsung oleh petani dari lahan pertanian yang terserang hama. Selanjutnya tikus-tikus tersebut dikumpulkan dan disucikan. Kemudian dimandikan atau diringkes.

Ngaben bikul mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia. Yang pertama dapat kita lihat dari aspek lingkungan, pelaksanaan ngaben bikul ini berdasarkan pandangan masyarakat Bali bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk dari aspek niskala, apabila kita cermati lebih jauh tradisi ini tentunya sangat membantu dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem persawahan, apabila hama tikus tidak dimusnahkan maka akan berakibat buruk terhadap tanaman padi, sehingga populasi tikus bertambah dan populasi tanaman padi semakin berkurang.

Selain itu pertanian yang cenderung mengarah ke proses moderenisasi seperti penggunaan pestisida, padahal penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama seperti tikus sangat berbahaya. Karena selain mencemari lingkungan juga dapat menjadi residu yang dapat membahayakan petani itu sendiri. Maka tradisi ini merupakan salah satu solusi mencegah hama tikus tanpa harus merusak lingkungan dan sekaligus tetap menjaga tradisi leluhur masyarakat Bali.

READ  Mengenal Macam-Macam Baju Adat Bali

Jika ditinjau dari aspek sosial tradisi Ngaben bikul ini dapat meningkatkan hubungan antara masyarakat yang berada di sekitar areal persawahan, misalnya dapat dilihat dari sebelum upacara dilaksanakan masyarakat secara bersama-sama memburu tikus-tikus di sekitar persawahan mereka, kemudian secara bergotong royong membuat bade dan sarana upacara lainnya.

Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat karena antara masyarakat satu dengan lainnya terjadi interaksi yang lebih dari kehidupan sehari-harinya akibat dari pelaksanaan upacara Ngaben bikul ini. Selain itu masyarakat yang masih melaksanakan tradisi ini tentu akan mengikutsertakan generasi-generasi penerus mereka untuk ikut berpartisipasi dalam upakara ini. Sehingga nantinya tradisi ini dapat diteruskan secara turun temurun.