Upaya Taman Nasional Dalam Ekosistem Kepulauan Togean Sempat Terjadi Kerusakan Alam

Seiring kemudahan transportasi dan perkembangan teknologi komunikasi, kita semakin terpapar dengan tujuan wisata yang belum banyak didatangi wisatawan. Seperti daerah-daerah di Indonesia Timur yang menyimpan pemandangan menakjubkan dan pasti akan memberikan pengalaman tak terlupakan. Salah satunya, wisata di Taman Nasional Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Tipe ekosistem di kawasan ini antara lain hutan datraan rendah  (low-land forest), hutan bakau atau mangrove,pantai berbatu, terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea-grass bed). Kepulauan Togean sendiri adalah ekosistem terumbu karang yang memiliki bagian penting dari Segitiga Terumbu Karang atau disebut sebagai Coral Triangle. Wilayah tersebut merupakan area dengan tingkat keragaman terumbu karang tertinggi di dunia. Negara yang memiliki Coral Triangleadalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Miconeasia. Namun dibalik keindahan dan ekosistem yang indah, togean memiliki masalah serius di balik keindahanya.

Kepulauan Togean [Togian] merupakan coral triangle atau segitiga karang dunia, yang dikenal kaya akan terumbu karang dengan berbagai biota laut langka dan dilindungi. Untuk alasan tersebut, wilayah ini dijadikan sebagai destinasi wisata andalan. Banyak cottagedibangun untuk menampung pengunjung yang datang untuk menyelam dan snorkeling di pulau-pulau yang tersebar di kepulauan ini. Namun di balik keindahan bawah laut Togean, terdapat ancaman serius yaitu illegal fishing, pemboman ikan dan penggunaan bius oleh nelayan, seseorang penyelan dan pelaku pariwisata asal Pulau Wakai, Togean, mengungkapkan hal itu.  Beberapa lokasi karang yang indah dan tempat diving favorit, justru karangnya banyak yang hancur. Banyak tekanan di bawah laut togean yang indah akibat ledakan bom ikan, hal ini membuat ancaman yang menjadi permasalahan antar penduduk dan pengunjung yang semena-mena atas oknum-oknum yang tak bertanggung jawab, penduduk togean berharap aman Nasional Kepulauan Togean melakukan sosialiasi ke masyarakat dan penguatan kepada Pokmaswas [Kelompok Masyarakat Pengawas] atau pengunjung yang berada di pulau-pulau. Karena masih banyak yang beranggapan, adanya taman nasional membuat ruang gerak nelayan terbatas. Pihak taman nasional harus lebih pro aktif dengan masyarakat. Harus dipikirkan dari sekarang bagaimana melindungi laut. Jika tidak, tak ada lagi yang datang ke Pulau Togean hanya untuk merusak lingkungan.

READ  Berkunjung Ke Petilasan Raja Padjajaran Prabu Siliwangi

Pulau papan merupakan destinasi wisata favorit di Kepulauan Togean. Pulau ini terhubung dengan daratan Pulau Malenge yang dikenal sebagai habitatnya burung rangkong dan macaca togeanus. Di sekitaran Pulau Papan juga banyak wisatawan yang melakukan snorkeling. sejumlah nelayan di Kadoda dan desa tetangga lainnya, masih beranggapan kehadiran Taman Nasional Kepulauan Togean hanya membatasi pergerakan mencari ikan. Karena khawatir sistem zonasi yang dikhawatirkan merugikan.

Upaya taman nasional

Zonasi Taman Nasional Kepulauan Togean mengakomodir 90 persen luas kawasan taman nasional yang merupakan zona tradisional. Zona ini adalah daerah atau wilayah masyarakat beraktivitas turun temurun, baik di darat dan laut dengan menggunakan peralatan ramah lingkungan. Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean, Bustang, melansirkan umlah personil polisi kehutanan yang ada sangat terbatas, sehingga cukup sulit mengawasi pencurian ikan dan pembalakan liar. Namun hal ini, terakhir gangguan di laut maupun darat berkurang. Bahkan, ada sejumlah desa yang pro aktif membantu petugas di lapangan. Tetapi masih ada beberapa desa yang masyarakatnya melakukan kegiatan tidak terpuji. Kami terus mendekati dan mencoba mengubah pola pikir mereka, meski tantangannya cukup berat. zonasi telah melalui konsultasi publik tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten sebelum dipaparkan di tingkat pusat.

READ  Pemeran Utama Film Black Panther Wakanda Forever Sudah Wafat

Dalam Penanganan Kerusakan Terumbu Karang di Kepulauan Togean sempat di tutup Penyebabnya adalah ketergantungan masyarakat khususnya nelayan yang sangat tinggi terhadap alam berupa hasil laut. Juga, beberapa oknum nelayan yang ingin mendapatkan hasil instan dengan konsekuensi kerusakan karang yang pasif. Pihak Balai Taman Nasional Kepulauan Togean mengakui, gangguan terhadap kawasan, khususnya aktivitas destructive fishing berupa pemboman dan pembiusan, masih kerap terjadi. Upaya pencegahan sudah dilakukan dalam bentuk patroli perairan di wilayah-wilayah yang rawan dan kondisi karangnya masih baik